Festival Muria Raya, Pentas Kesenian Lintas Komunitas

Festival Muria Raya, Pentas Kesenian Lintas Komunitas

Festival Muria Raya yang berlokasi di Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati  merupakan pentas kesenian lintas komunitas dan golongan. Festival itu bertujuan untuk melestarikan budaya luhur daerah setempat.

Brian Trinanda K.Ad selaku Direktur sekaligus inisiator Festival Muria Raya mengatakan, kegiatan ini sangat meriah. Karena pihaknya mendatangkan seniman asal Jepang untuk berkolaborasi dengan seniman asal Pati.

“Seniman asal Jepang itu bernama Yuta Kuroki. Karena alasan misi kekerabatan, khususnya inisiator Festival Muria Raya sekaligus juga kelompok musik Ki Ageng Qithmir asal Pati, yang sudah lama berelasi dengan Yuta Kuroki,” ungkapnya, belum lama ini.

Pihaknya menambahkan, keduanya sudah melakukan beberapa kolaborasi virtual. Pentas terakhir Yuta Kuroki di Tokyo yang telah direkam dan juga tiketnya dapat dinikmati publik. Dan arsip pementasannya selama satu bulan dijual untuk publik Jepang.

Menurutnya, dengan dukungan dari Arts Council Tokyo, Yuta mendapatkan dukungan untuk berkunjung ke Indonesia dan berkolaborasi secara langsung dengan Ki Ageng Qithmir. Sehingga momen ini menjadi salah satu pemantik diadakannya Festival Muria Raya#2 yang digelar pada 26-28 Mei ini.

Selain menghadirkan seniman asal Jepang yang berkolaborasi dengan Ki Ageng Qithmir, lanjutnya, tercatat ada belasan kelompok seniman lainnya dari daerah setempat. “Hadir pula komunitas SriMara Art Collective dari Meksiko. Kemudian ada Komunitas Lima Gunung (Magelang), Sanggar Andong Jinawi (Andong), Padepokan Wargo Budoyo (Merbabu), dan komunitas lainnya,” imbuhnya.

Di samping itu, Presiden Lima Gunung, Sutanto Mendut dalam sambutannya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam Festival Muria Raya di Desa Jepalo ini. Ia juga mengingatkan kepada semua pihak bahwa guru sejati para leluhur, seperti para wali bukanlah youtuber, influenzer, buzzer maupun bintang-bintang viralis.

“Saya di sini ingin memuja bebrayan agung. Saya kira di sini bebrayan agung saya bersama vegetasi, bersama angin dan inti-inti yang tidak bisa diterjemahkan dalam virologi dan linguistik adalah ‘rahmatan lil alamin’ atau rahmat bagi seluruh alam semesta,” paparnya.

 

Sumber : https://joglojateng.com/2022/05/31/festival-muria-raya-pentas-kesenian-lintas-komunitas/https://lekarenslovenska24.com/kamagra-effervescent-online-lekaren/