Seni Tradisional Terbangan Jawa Desa Jepalo Tampil Memukau di Festival Muria Raya

Seni Tradisional Terbangan Jawa Desa Jepalo Tampil Memukau di Festival Muria Raya

Sejumlah lelaki memainkan alat musik terbangan di Festival Muria Raya, Jumat (27/5/2022) malam. Berbeda pada umumnya, mereka mendendangkan pujian kepada Allah dan bersalawat kepada Nabi Muhammad dengan langgam Jawa.

Mereka memainkan terbangan klasik, Terbang Jawa. Tak ada nuansa Arab meskipun yang didendangkan adalah shalawat-shalwat berbahasa Arab dan alat-alat terbangan. Mereka memuji Tuhan dan bershalawat dengan caranya. Dengan langgam Jawa klasik. Sederhana. Namun penuh hikmat.

Kesenian asli Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah ini telah ada sejak lama. Kesenian ini selalu ditampilkan saat acara Sedekah Bumi di desa tersebut dan mereka kembali dihidupkan di panggung Festival Muria Raya yang diselenggarakan di area sawah berunduk Desa Jepalo.

Setelah Terbang Jawa mentas, Markaban Langitan asal Desa Gotanjung, Margoyoso, Pati naik panggung. Mereka berkolaborasi dengan Terbang Jawa bersalawat kepada Nabi dan memuji Allah SWT.

Salah satu panitia, Maskuri (28) yang juga warga setempat mengatakan, kesenian Terbang Jawa di desanya sudah ada sejak lama bahkan sebelum ia lahir.

“Sudah lama ada, mas. Sebelum saya lahir sudah ada,” ujarnya.

Pihaknya menampilkan di panggung Festival Muria Raya agar kesenian tradisional ini dikenal oleh khalayak dan agar generasi muda mau menguri-nguri kesenian asli desanya.

“Terbang Jawa (tadi malam) juga berkolaborasi dengan Markaban Langitan. Markaban Langitan seharusnya ada alat musik. Tetapi mereka tak membawanya dan ingin kolaborasi dengan Terbang Jawa asli sini,” jelasnya.

Ia menilai, Terbang Jawa, tidak hanya di desanya. Beberapa desa juga mempunyai kesenian ini. Namun, setiap kelompok mempunyai ciri khas ketukan masing-masing walaupun dengan peralatan sama.

“Kita pentaskan agar masyarakat biar memahami wisata bukan hanya wisata alam saja, tetapi budaya juga jadi bisa wisata. Salah satu langkah bebrayan mengenal satu sama lain. Potensi desa di kembangkan lagi. Dari potensi budaya, alam,” tutur dia.

“Untuk anak-anak biar berbudaya lebih aktif. Lebih mengenal budayanya, biar menjadi penerus Terbang Jawa dan ndak hilang Jawa-nya,” lanjut dia.

Panggung Festival Muria Raya akan dilanjutkan pada hari ini, Sabtu (28/5/2022). Beberapa seniman dan budayawan akan manggung di hari terakhir ini. Mulai dari komunitas Festival Liga Gunung, Kesenian Gongcik yang diperagakan sesepuh desa, kelompok SriMara Art Collective, Wayang Kletik dan penampilan dari seniman Jepang yang akan berkolaborasi dengan Ki Ageng Qitmir.

“Festival Muria Raya ini terinspirasi dari Festival Lima Gunung. Prinsipnya saling Bebrayan. Agar saling mengenal, bergotong goyang dan bekerja sama,” ujar salah satu penggagas Festival Muria Raya, Brian.

 

Sumber : https://www.seputarmuria.com/seni-tradisional-terbangan-jawa-desa-jepalo-tampil-memukau-di-festival-muria-raya/